Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat dalam membentuk karakter dan Keperibadian Bangsa
Pancasila yang menjadi dasar negara kesatuan Republik Indonesia merupakan sistem filsafat
bangsa indonesia yang harus kita uktikan kebenearanya sehinggga apa yang kita
pegang benar –benar sesuai dengan sifat
atau kodrat manusia Indonesia yang muncul dari adadt istiadat, tradisi, budaya,
pustaka dan keagamaan bangsa Indonesia sendiri bukan budaya dan tradisi dari
luar. Pengertian sistem ialah kebulatan atau keseluruhan
yang bagian-bagianya atau unsur-unsurnya saling berkaitan, saling berpengaruh,
saling tergantung dan saling mengisi secara terpadu. Sistem dapat berwujud
kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk suatu
tujuan tertentu dan merupakan keseluruhan yang utuh. Filsafat ialah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki hakekat segala sesuatu yang ada atau suatu
kegiatan budi mausia untuk mencari hakekat segala sesuatu, baik yang konkrit,
yang abstrak maupun yang spiritual. Filsafat merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu
sampai pada hakekatnya. Oleh karena itu, filsafat merupakan tingkat paling
tinggi dari pemikiran manusia, yaitu pikiran reflektif dengan metode kontemplasi dan proses deduksi yang tujuanya
memperoleh kebenaran hakiki.
Pancasila
yang terdiri atas lima sila, pada hakekatnya merupakan sistem filsafat, yang dimaksud dengan sistem adalah
suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk
satu tujuan tertentu dan keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Antara
sila-sila pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan bahkan saling
mengkualifikasi. Sila yang Satu senantiasa dikualiffikasi oleh sila-sila
lainya, dengan demikian maka pancasila pada hakekatnya merupakan sistem, dalam
pengertian bahwa bagian-bagian sila-sila saling berhubungan secara erat
sehingga membentuk sutu struktur yang menyeluruh. Pancasila sebagai suatu
sistem juga dapat dipahami dari pemikiran dasar yang terkandung dalam pancasila itu sendiri,
yaitu pemikiran tentang manusia dalam hubunganya dengan Tuhan Yang Maha Esa,
dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dalam masyarakat bangsa yang
nilai-nilainya telah dimiliki oleh bangsa indenesia sendiri. Dengan demikian
pancasila merupakan suatu sistem dalam pengertian kefilsafatan sebagaimana
sistem filsafat lainya.
Pancasila
sebagai sistem filsafat dapat dilihat atau dipahami dengan menlihat dari segi
dasar ontologi, dasar epistemologi, serta dasar aksiologi dari pancasila. Pancasila
yang terdiri atas lima sila, pada hakekatnya merupakan sistem filsafat. Yang
dimaksud dengan sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh. Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakekatnya bukanlah
hanya merupakan kesatuan yang bersifat formal logis saja, namun juga meliputi
kesatuan dasar ontologis, dasar epistimologis, serta dasar aksiologis dari sila
Pancasila.
Dasar Ontologis
Dasar
Ontologis Pancasila pada hakekatnya adalah manusia yang memiliki hakekat
mutlak. Subyek pendukung pokok-pokok Pancasila adalah manusia, hal ini
dijelaskan sebagai berikut :
“Bahwa yang berke-Tuhanan Yang Maha
Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab,yang berpersatuan, yang
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah permusyawaratan/perwakilan, serta yang
berkeadilan social adamah manusia (Notonegoro, 1975:23). Demikian juga jikalau
kita pahami dari segi filsafat Negara, adapun pendukung pokok Negara adalah
rakyat, dan unsure rakyat adalah manusia itu sendiri, sehingga tepatlah jikalau
dalam filsafat Pancasila bahwa hakekat dasar ontopologis sila-sila pancasila
adalah manusia.
Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila pancasila
secara ontologism memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan
kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani, sifat kodrat manusia adalah sebagai
makhluk individu dan makhluk social, serta kedudukan kodrat manusia sebagai
pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena
itu kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan
sebagai makhluk Tuhan inilah maka secara hirarkis sila pertama Ketuhanan Yang Maha
Esa mendasari dan menjiwai keempat sila-sila pancasila lainnya (notonegoro,
1975-53).
Dasar Epistemologis
Dasar epistimologis Pancasila sebagai suatu system filsafat pada hakekatnya
juga merupakan suatu sistem
pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari pancasila merupakan pedoman atau dasar
bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam semesta, manusia,
masyarakat, bangsa dan Negara tentang makna hidup serta sebagai dasar bagi
manusia dalam menyelesaikan masalah yang terjadi dalam hidup dan kehidupan.
Pancasila dalam pengertian yang demikian ini telah menjadi suatu system
cita-cita atau keyakinan-keyakinan yang telah menyengkut praksis, karena
dijadikan landasan bagi cara hidup manusia atau suatu kelompok masyarakat dalam
berbagai bidang kehidupan masyarakat.
Dasar Aksiologis
Sila-sila pancasila sebagai suatu system filsafat juga memiliki satu
kesatuan dasar aksiologisnya, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila pada hakekatnya juga merupakan satu kesatuan. Pada hakekatnya segala
sesuatu itu bernilai, hanya nilai macam apa saja yang ada serta bagaimana
hubungan nilai tersebut dengan manusia. Nilai-nilai pancasila termasuk nilai kerohanian, tetapi nilai-nilai
kerohanian yang mengakui nilai material dan vital. Dengan demikian nilai-nilai
pancasila tergolong nilai kerohanian, yang juga mengandung nilai-nilai lain
secara lengkap dan harmonis, yaitu nilai material, nilai vital, nilai
kebenaran, nilai keindahan, atau estetis, nilai kebaikan atau nilai moral
ataupun nilai kesucian yang secara keseluruhan bersifat sistematik hierarkhis,
dimana sila pertama sebagai basisnya sampai sila kelima sebagai tujuannya
(Darmo diharjo).
Dari uraian mengenai konsep-konsep
yang menunjukan bahwa pancasila sebagai sistem filsafat yang mempunyai arti
bahwa pancasila merupakan suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang
saling behubungan dan membunyai kebenaran sesaui dengan akal dan pemikiran
manusia. Pancasila lahir dan tumbuh dari kehidupan masyarakat Indonesia sejak
zaman sebelum kemerdekaan Indonesia diakui oleh seluruh dunia. Nilai-nilai yang
terkandung didalamnya menjdi suatu tatanan nilai yang diakui oleh seluruh
masyarakat Indonesia sebagai suatu kebenaran mutlak sesuai dengan hati nurani
masyarakat Indonesia. Pancasila yang merupakan hasil dan buah pemikiran para
pendahulu bangsa ini sebenarnya mencoba mengkonsepkan nilai yang telah ada
dalam masyarakat Indonesia. Keperibadian masyarakat Indonesia yang religius,
sosialis dan nasionalis telah menjadi cirri khas yang dikenal diseluruh penjuru
dunia maka tak heran itu semua telah menjadi karakter bangsa Indonesia.
Berangkat dari pancasila pula
masyarakat Indonesia terus eksis dalam pergaulan dunia tanpa melupakan
jatidirinya sebagai bangsa yang memppunyai jiwa gotong royong dan persatuan
sebagai perekat masyarakat Indonesia yang amat beragam. Berbeda dengan
neara-negara lain, negara Indonesia merupakan negara yang sangat unik dan
mempunyai keperibadian serta karakter yang sangat berbeda dengan masyarakat-masarakat
lain di penjuru belahan bumi lain. Masyarakat inonesia mempunyai karakter dan
keperibadian yang digariskan oleh nilai-nilai dalam pancasila. bukan masyarakat yang mempunyai karakter Individualis, Komunis, Apatis, Anarkis dan berujung pada praktek-praktek yang merugikan kehidupan masyarakat Indonesia.
Comments
Post a Comment